Setiap tanggal 23 Muharrom, masyarakat Sedan dan sekitarnya
memperingati haul ulama karismatik Sayyid Hamzah Syatho. Ribuan orang tumblek
bek dalam haul tersebut. Mereka datang dari berbagai lapisan dan daerah. Tak
hanya dari Sedan, peziarah dari berbagai kota di luar Kabupaten Rembang juga
berbondong-bondong memadati pesarean terakhir sang wali. Mereka berdoa dengan
khidmat di sana. Hal tersebut tercermin pada perngatan haul Sayyid Hamzah
Syatho yang tahun ini bertepatan pada hari Sabtu, 8 Desember silam.
Mbah Hamzah, demikian ia biasa dipanggil, merupakan penyebar
agama Islam di Daerah Sedan, Rembang dan sekitarnya. Sayyid Hamzah Syatho bukan
penduduk asli Sedan. Ia merupakan pendatang dari Makkah Al Mukarromah. Dari
segi nasab Mbah Hamzah merupakan salah satu dzhurriyah atau keturunan Nabi
Muhammad SAW.
Kedatangannya ke Sedan tak lepas dari pergolakan politik di
jazirah Arab saat itu. Peristiwa kudeta berdarah terhadap pemerintahan Raja
Syarif Husain oleh kelompok Baduwi Arab yang pimpinan Abdullah bin Saud yang
berhaluan faham Wahabi. Selanjutnya, dalam upaya penyebaran faham wahabi,
mereka tidak segan-segan untuk menghabisi nyawa para habaib yang berhaluan
ahlussunnah wal jama’ah.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Sayyid
Hamzah yang juga merupakan keponakan dari Sayyid Bakri pengarang kitab I’anatut
Tholibin, hijrah ke Asia Timur dengan tujuan Indonesia.
Sebelum menetap di Sedan, Sayyid Hamzah bermukim di Bandung
dan Malang. Di Sedan Mbah Hamzah dikenal sebagai sosok yang ulet dan tekun
menyebarkan ajaran Islam. Ia jua dikenal sebagai sosok yang mengayomi seluruh
lapisan masyarakat, tana pandang bulu. Puluhan surau, langgar dan masjid yang
telah ia dirikan. Tak main-main, konon kabarnya masjid yang didirikannya
mencapai 41 masjid. Bahkan ada yang meyebutnya 61 masjid. Wallahu a’lam.
Dan salah satu peninggalan fenomenalnya adalah Masjid Sedan
yang saat ini masih kokoh berdiri. Semasa hayat, Sayyid Hamzah Syatho dikenal
sangat alim. Ia menjadikan bacaan Qur’an sebagai wirid kesehariannya di manapun
dan bagai manapun.
Salah satu peninggalan beliau yang lain ialah madrasah
diniyah Waru, Sedan yang beliau dirikan bersama KH. Zawawi ayahanda KH.
Djauhari Zawawi Pendiri dan pengasuh Awal Pondok Pesamtrem Assunniyyah Kencong
Jember.
Setelah sekian lama bermukim di Sedan, Mbah Hamzah berpulang
ke Rahmatullah pada tahun 1940 M dan dimakamkan di desa Gamang Sedan. Kini
setiap tanggal 23 Muharrom ribuan masyarakat berduyun-duyun untuk memperingati
wafat sang wali
0 komentar:
Posting Komentar