Syaikh Ahmad bin Ali Bin Yahya Al-Badawi lahir di Kota Fes,
Maroko pada tahun 596 H./1199 M adalah seorang imam sufi, wali kutub dan
pendiri thariqah Al-Badawiyah. Beliau dijuluki Al-Badawi selalu menutup
wajahnya seperti kebiasaan Arab Badui. Kakek beliau sebelumnya bermukim di
Jazirah Arab. Kakek beliau datang di Fes Maroko akibat semakin brutalnya aksi
Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi terhadap kalangan Alawiyin
Nasab Al-Badawi dari jalur ayah sampai kepada sayyidina
Husein bin Ali, bin Fathimah Az-Az-Zahra' binti Rasulillah shallallahu 'alaihi
wa sallam. Berdasarkan kesepakatan ulama nasab, dan ahli sejarah, secara
lengkap nasab beliau adalah Ahmad bin Ali bin Yahya bin Isa bin Abu Bakar bin
Ismail bin Umar bin Ali bin Utsman bin Husein bin Muhammad bin Musa bin Yahya
bin Isa bin Ali bin Muhammad bin Hasan bin Ja'far Az-Zaky bin Ali Al-Hadi bin
Muhammad al-Jawwad bin Ali Ridlo bin Musa al-Kadhim bin Ja'far As-Shadiq bin
Muhammad al-baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Hasan bin Ali bin Abi
Thalib.
Sebagian ahli Nasab dan sejarah meragukan sampainya rantai
nasab beliau kepada rasulullah shallallahu alaihi was sallam. Diantara mereka
adalah Imam Fakhruddin Ar-Razi yang mengatakan bahwa Hasan bin Ja'far bin Ali
Al-Hadi adalah orang yang masih diperselisihkan oleh para ulama apakah ia
mempunyai anak atau tidak. Sedangkan kalangan Syiah membenarkan rangkaian nasab
Al-Badawi. Mereka menisbatkannya kepada Ali bin Ja'far Az-Zaky bukan kepada
Al-Hasan bin Ja'far Az-Zaki, karena Al-Hasan tidak mempunyai keturunan.
Beliau hijrah ke Mekah saat berumur 7 tahun (Tahun 603 H./1206
M), dimana perjalanan kesana memakan waktu empat tahun, tiga tahun diantaranya
beliau bermukim di Mesir. Di Mekah berdasarkan sumber-sumber dari kalangan
shufiyah, beliau selalu beristiqamah melakukan thawaf semenjak kecil, setelah
itu beliau masuk ke sebuah gua di gunung Abil Qubais untuk melakukan Ibadah.
Amalan ini beliau lakukan hingga belaiu berumur 38 tahun saat beliua melakukan
safar ke Irak, bersama kakak kandungnya, Hasan.
Di Irak beliau menziarahi berbagai kota tempat bermukim atau
bersemayamnya para ulama, diantaranya ke Kota Syaikh Ahmad bin Ali Ar-Rifa'i,
pusat thariqah Rifa'iyah. Juga ke makam Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, kemudia
ke makam Syaikh Adiy bin Musafir Al-Hikari mu'assis thariqah Al-Adawiyah.
Ketika al-Badawi berada di sebuah desa dekat Mosul, terjadi
perselisihan antara dirinya dengan seorang wanita bernama Fatimah. Wanita ini
cantik dan kaya. Tetapi ia senang membuat lelaki jatuh cinta kepadanya.
Demikian pula ia lakukan hal itu kepada Al-Badawi, tetapi ia tidak mampu, hingga
ia merayu al-Badawi untuk menganinya. Diakhir cerita si wanita bertaubat di
tangan al-Badawi.
Sekembali dari Irak pada tahun 635 H, Al-badawi mempunyai
kebiasaan yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Beliau semakin banyak
melakukan shalat dan puasa, banyak berdiam diri dan sering menengadahkan wajah
ke langit. Fatimah saudara perempuan beliau mengadukan kepada kakaknya Hasan:
"Wahai saudaraku! Sesungguhnya saudara kita Ahmad selalu qiyamullail
sepanjang malam. Selalu mamandang langit dan siang hari ia berpuasa, hingga
bulatan hitam matanya menjadi mereka bagaikan bara. Dia pernah selama 40 hari
tidak makan dan tidak minum".
Hijrah ke Mesir
Pada tahun yang sama setelah pulang dari Irak, beliau
memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Mesir dengan tujuan kota Thantha.
Perjalanan ini bukan hanya sebatas ziarah, tetapi sebuah hijrah berdasarkan
mimpi beliau. Begitu Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani menuturkan.
Sebenarnya terdapat banyak pendapat ulama tentang alasan
Al-Badawi hijrah ke Mesir, dan menetap di Thantha. Dikatakan bahwa beliau
mempunyai pemikiran bahwa secara geografis Thantha berada di tengah diantara
Kairo dan Iskandariyah, yakni berada tepat di tengah Delta sungai Nil. Dengan
letak yang seperti ini, diharapkan penyebaran thariqah yang beliau bangun dapat
cepat menyebar, ketika beliau menetap di sana.
Di Thanta beliau menetap di rumah seorang saudagar bernama
Ibnu Syuhaith atau Ruknuddin. Beliau menetap di loteng rumah yang berdekatan
dengan masjid Al-Bahiy ini hingga selama 12 tahun dan seluruhnya dihabiskan
dengan tidak makan dan minum setiap 40 hari.
Dalam kitab-kitab tashawuf, disebutkan karama-karamah yang
dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad Al-Badawi. Diantaranya yang paling masyhur
adalah beliau mampu membebaskan para tawanan Mesir dari tangan tentara Eropa
saat terjadi perang Salib. Atas kejadian ini dalam catatan sejarah Mesir
terkenal sebuah ucapan, yaitu "Allah, Allah, Ya Badawi, Jabil Yusra",
yang berarti Al-Badawi telah datang membawa tawanan.
Saat ini di Thantha, setiap tahun ada dua peringatan untuk
mengenang beliau, yaitu di bulan April dan bulan Oktober. Peringatan di bulan
Oktober ini adalah peringatan kelahiran beliau, yang merupakan peringatan
terbesar di Mesir secara umum. Pada saat iru sekitar dua juta peziarah memenuhi
masjid beliau yang berada di tengah di kota Thantha.
Shalawat Al-Badawiyah
اللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ
الأَصْلِ النُّورَانِيَّةِ . وَلَمْعَةِ الْقَبْضَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ .
وَأَفْضَلِ الْخَلِيْقَةِ اْلإِنْسَانِيَّةِ . وَأَشْرَفِ الصُّوْرَةِ
الْجِسْمَانِيَّةِ . وَمَعْدِنِ اْلأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ . وَخَزَائِنِ
الْعُلُوْمِ الْإِصْطِفَائِيَّةِ . صَاحِبِ الْقَبْضَةِ الأَصْلِيَّةِ .
وَالْبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ وَالرُّتْبَةِ الْعَلِيَّةِ . مَنِ انْدَرَجِتِ
النَّبِيُّوْنَ تَحْتَ لِوَائِهِ فَهُمْ مِنْهُ وَإِلَيْهِ . وَصَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلِيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ . عَدَدَ مَا خَلَقْتَ وَرَزَقْتَ
وَأَمَتَّ وَأَحْيَيْتَ إِلَى يَوْمِ تَبْعَثُ مَنْ أَفْنَيْتَ وَسَلِّمْ
تَسْلِيماً كَثِيراً وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
Shalawat ini disusun oleh Syaikh Ahmad al-Badawi ini,
terkenal dengan shalawat al-Badawiyah al-Kubra. Diriwayatkan oleh Hasan ibn
Muhammad Qahhi di dalam kitab Talkhiis al-Ma`aarif fii targhiib Muhammad `Aarif
bahwa seorang wali yang bernama Muhammad Talmaysani telah membaca Dalail
al-Khairat 100.000 kali. Setelah selesai Nabi shallallahu alaihi wa sallam
mendatanginya di dalam mimpi dan berkata kepadanya, “Jika engkau membaca bacaan
Ahmad al-Badawi, seolah-olah engkau telah membaca Dalail al-Khayrat 800.000
kali.”
Sebagian ulama berkata : "Barang siapa membaca Sholawat
Badawi Kubro ini sebanyak seratus kali disertai suci dari hadas, ia akan diberi
rizki yang mudah oleh Allah dalam segala urusan perkaranya"
Menurut Al Arif Billah Habib Ali bin Abdurahman Al Habsy
dalam kitabnya : "Keutamaan Sholawat", bahwa sebagian ulama
mengatakan: "Barang siapa yang membaca Sholawat Badawy Kubro sebanyak 3x
maka pahalanya seperti orang membaca Dalail al-Khoirot hingga khatam"
Dan tata cara yang lainnya adalah: membacanya 5 kali seusai
shalat fardlu dan 7 kali setiap mau tidur. Fadilahnya, ia akan terhindar ari
sihir dan segala kejahatan lahir batin, dimudahkannya rizki, dan mendapat
cahaya batin serta terbuka beberapa rahasia ghoib.
Shalawat lain yang dinisbatkan kepada beliau adalah shalawat
al-Anwar:
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى نُورِ الأَنْوَارِ. وَسِرِّ الأَسِرَارِ. وَتِرْيَاقِ الأَغْيَارِ.
وَمِفْتَاحِ بَابِ الْنَسَارِ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ. وَآلِهِ
الأَطْهَارِ. وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ. عَدَد نِعَمِ الله وَأِفْضَالِهِ.
Shalawat ini mujarab untuk mendapatkan hajat dan keinginan,
tesingkapnya kesusahan, terhindar dari kesulitan dan juga dihasilkannya cahaya
dan rahasia-rahasia ghaib. Menurut guru kami KH. A. Sadid Jauhari, shalawat ini
juga memberikan manfaat berupa diberikannya putra-putri yang sholeh dan
sholehah, berguna bagi umat. Menurut beliau diantara sebab pendidi PP. Al-Anwar
menamai pondoknya dengan Al-Anwar, karena tafa'ulan terhadap shalawat ini, dan
karena pendahalu pendiri istiqamah dalam membaca shalawat al-Anwar ini.
Sayyidi Syaikh Ahmad Al-Badawi wafat di Thanta pada hari
selasa 12 Rabiul Awal 675 H / 24 Agustus 1276 M, saat berusia 79 tahun. Dari
tangannya muncul banyak wali-wali abdal dan kutub. Allahumansyur
nafahatirridlwani alaih, wa amiddana bil asrarillati auda'taha ladaih. Amin
0 komentar:
Posting Komentar